Menuju Net Zero Emission, Perusahaan di Halsel Olah Limbah Jadi Pupuk

Menuju Net Zero Emission, Perusahaan di Halsel Olah Limbah Jadi Pupuk
Seorang karyawan PT GMM sedang menunjukan labu yang tumbuh subur di kolam pengolahan. (Dok: PT GMM).
Oplus_131072

TernateNews: Pengolahan limbah merupakan tantangan yang nyata bagi semua lini industri dalam memenuhi komitmen Net Zero Emission, tak terkecuali industri kelapa sawit.

Namun PT Gelora Mandiri Membangun (PT GMM), salah satu perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit di Halmahera memiliki cara untuk memaksimalkan pengolahan limbah agar tidak mencemari lingkungan dengan mengolah limbah kelapa sawit menjadi pupuk.

Pupuk ini nantinya dialirkan ke rorak atau lubang-lubang buntu yang ada di tiap divisi perkebunan. “Di kebun kita ada beberapa blok yang memang sudah dibuatkan rorak ataupun kolam-kolam kecil untuk menampung limbah dari pabrik. Tentunya sudah siap menjadi pupuk,” ucap Divisi Laboratorium PT GMM Anwar Basuki, menjelaskan.

Sebelum dialirkan menuju rorak, limbah dari hasil pengolahan kelapa sawit diolah terlebih dulu di kolam pendinginan atau cooling pond. Setelah proses pendinginan, limbah tersebut dimasukkan ke dalam kolam anaerob untuk diuraikan oleh bakteri anaerob dalam rangka proses penurunan BOD dan COD agar PH limbah masuk ke PH yang sesuai parameter, yaitu 7-8.

“Pada awalnya memang kita masih menggunakan mobil untuk distribusi limbah dari pabrik untuk pemupukan di kebun. Kemudian kita evaluasi dan kami dari pabrik mengajukan untuk pembuatan pompa. Jadi untuk saat ini kita sudah menggunakan pompa dengan jam operasi satu hari jam 7 sampai jam 5 sore,” urai Anwar.

Lebih lanjut, Anwar menjelaskan bahwa limbah kelapa sawit lebih cenderung sebagai limbah organik, karena tidak mengandung bahan yang sifatnya sintetis atau meracuni lingkungan. Setidaknya ada tiga parameter limbah dalam industri kelapa sawit. Pertama adalah limbah cair, kemudian ada limbah janjangan kosong dan terakhir ada limbah solid atau limbah padat hasil dari pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit.

“Janjangan kosong di sini juga bukan kategori limbah yang mencemari lingkungan, tapi limbah janjang dari hasil pengolahan TBS. Kemudian kita ada limbah solid dia bentuknya seperti lumpur tapi dimanfaatkan juga sebagai pupuk. Tiga kategori ini dimanfaatkan untuk lahan, tidak ada yang dibuang ke lingkungan tapi dimanfaatkan di perkebunan kelapa sawit,” kata Anwar.

Pihak PT GMM juga memaksimalkan upaya agar tidak ada kebocoran limbah ke sungai atau lingkungan warga dan melakukan pengecekan mutu limbah yang dimanfaatkan untuk pemupukan lahan. Pihak ISPO PT GMM juga selalu memantau pencemaran sungai melalui sumur pantau.

Upaya PT GMM dalam pengelolaan dan pemantauan limbah dirasakan pula oleh warga desa sekitar. “Jadi kalau ada informasi bahwa perusahaan ini merusak lingkungan saya rasa ini adalah wacana yang tidak berdasar,” ujar Kepala Urusan Desa Sekely, Hasrulmullih, desa sekitar perusahaan.

Hasrulmullih menambahkan bahwa komunikasi antara desa dan pihak perusahaan berjalan sangat baik hingga sekarang. “Karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh PT GMM ini semuanya disosialisasikan.

“Kemudian kami dari masyarakat dan perangkat desa selalu mengingatkan hal itu dengan dampak-dampak yang akan terjadi. Seperti contohnya limbah, sampai saat ini limbah masih terkontrol dengan baik di pabrik,” ujar Hasrul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *